logo blog

Dari Jam Istirahat Hingga Telur Palsu

Dari Jam Istirahat Hingga Telur Palsu

Teringat akan jeda atau istirahat, aku jadi teringat masa-masa sekolah dulu. Hal yang paling ditunggu-tunggu adalah waktu istrahat. Ada dua kali, yang pertama kira-kira pukul tengah sepuluh, yaitu setelah jam pelajaran ketiga. Yang kedua kira-kira pukul setengah dua belas siang, yaitu setelah jam pelajaran kelima. Masing-masing selama 15 menit. Kalau dipikir-pikir sekarang, 15 menit itu sangat cepat ya... hehehe...

Tapi diwaktu sekolah dulu, 15 menit itu dipergunakan dengan baik. Hal pertama yang dilakukan adalah pergi ke kantin sekolah. Semua orang berhamburan dari ruang kelas agar tidak kehabisan mie gomak (mie khas daerah Tapanuli) di kantin sekolah. Puas makan di kantin, kemudian pergi ke toilet.

Teringat soal kantin sekolah, dulu waktu SD, yang punya kantin sekolah itu marga Sitinjak. Beli mie goreng seharga 50 perak. Hahaha... jaman itu uang 50 perak memang bisa beli satu porsi mie. Waktu SMP, aku lupa marga pemilik kantin sekolah. SMA, setiap tingkatan punya kantin sendiri. Untuk kantin sekolah kelas satu itu marga Gultom, kelas dua itu marga Siahaan dan kelas tiga -- kalau tak salah -- marga Tampubolon. Waktu SMA, aku dan teman-teman lebih sering ke kantin kelas tiga hingga ibu yang punya kantin kenal sama kami.

Itu ada sebab loh... begini ceritanya.
Kejadian ini waktu aku kelas dua. Waktu itu guru nggak datang-datang hingga aku dan teman-teman pergi ke kantin kelas dua. Kami pesan mie gomak. Nyam... nyam... nyam... Sepertinya begitu bunyi kalau orang lain makan. Hehehe... Kemudian tiba-tiba temanku terkejut.
TYT = temanku yang terkejut
AK = aku
TYL = temanku yang lain

TYT : "AAAAAARRRRHHHH....."
AK + TYL : (berhenti makan mie-nya) "Ada apa? Kaya lihat setan aja"
TYT : (sambil nunjukin mangkuk mie-nya) "Iya nih, ada anak lipan"
AK : "Mana?"
TYT : "Ini. Lihat ini"
TYL : "Bisa-bisa lipannya berjalan di perutmu"
TYT : "Sial!"
AK : "Lain kali kita jangan ke sini lagi. Ke kantin sana saja" (sambil nunjukin kantin kelas tiga)

Jadi setelah kejadian itu, aku dan teman-teman selalu pergi ke kantin kelas tiga. Tapi di sana kami jadi anak yang jaim. Soalnya senior-senior kelas tiga nongkrong di sana. Jadi kami harus menyapa mereka dulu baru pesan mie gomak

Tapi bicara soal makanan, aku jadi teringat kejadian minggu ini. Begini ceritanya. Aku beli telur ayam 10 butir di sebuah swalayan. Telur itu terdiri dari 2  tingkatan harga. Yang pertama harga 850 perak sebutir. Ukurannya kecil-kecil, lebih kecil dari telur ayam kampung. Wah, nggak betul ini, pikirku. Yang kedua 1300 perak sebutir. Besar, kata karyawan swalayannya, yang kuningnya ada dua. Ah, ini lebih baik, pikirku.

Sampai di rumah, dipecah dan dimasak. Hasianku (panggilan sayang untuk pacarku) curiga dengan telur itu. "Ini telur palsu" katanya waktu itu. Ia beralasan karena aromanya yang beda dengan telur yang biasanya. Terlalu encer dan kuning telurnya langsung pecah dan berbaur dengan putih telurnya. Waktu direbus, ada satu butir yang rusak, hitam.
Tapi dengan penuh keyakinan aku bilang, "Itu asli kok. Mana mungkin telur bisa dipalsukan". Jadilah selama seminggu ini kami makan 8 butir telur itu. Hingga kemarin, aku penasaran cari-cari informasi di internet, ternyata sekarang telur sudah ada yang palsu. Dan malamnya karena kami ingin masak telur dadar, sekalian saja buat perbandingan. Teng... teng... aku pergi beli telur yang lain dari toko. Lima butir.

Hal pertama yang dilakukan adalah memecah telur. Telur biasanya memiliki ruang kosong di bagian ujung telur yang lebih tumbul (bukan yang lebih runcing). Jadi kami memecahnya dari situ. Tapi ternyata kedua telur itu memiliki ruang kosong seperti telur pada umumnya.
Kemudian kami masukkan ke piring. Kuning telur dari telur yang dicurigai palsu itu langsung pecah dan bercampur dengan putih telurnya. Sedangkan telur yang baru kami beli masih utuh bulat di dalam piring.

Kemudian telur pada umumnya memiliki bintik hitam di kuning telurnya (pada gambar di samping = keping germinal). Kata pelajaran biologi sewaktu SMA dahulu, bintik itu adalah calon embrio anak ayam. Jreng... jreng... ternyata telur yang dicurigai palsu itu nggak ada bintiknya. Sedangkan telur yang baru kami beli itu ada.
Kemudian, telur pada umumnya memiliki penyangga kuning telur (kazala). Fungsinya untuk menyangga kuning telur pada tempatnya (di tengah-tengah). Biasanya itu ada dua, satu di sebelah sana dan satu di sebelah sini. Ternyata telur yang dicurigai palsu itu nggak punya sedangkan telur yang baru dibeli punya.
Terus,  telur pada umumnya memiliki dua lapis putih telur. Lapis pertama kental dan kenyal-kenyal sulit diceraikan. Biasanya ini yang langsung membungkus kuning telur. Lapis kedua lebih encer. Telur yang dicurigai palsu itu nggak punya. Putih telurnya merata dan encer. Sedangkan telur yang baru dibeli itu punya kedua putih telur itu.

Kemudian setelah dikocok, telur yang dicurigai palsu itu langsung menyatu. Kuning telur dan putih telur dan encer. Sedangkan telur yang baru saja dibeli nggak langsung menyatu. Putih telur sulit menyatu dengan kuning telur karena ada putih telur yang bergumpal-gumpal yaitu putih telur lapis pertama itu. Dan nggak terlalu encer.

Jadi kami membuat kesimpulan, telur yang dicurigai palsu itu ternyata benar-benar palsu. Huft... padahal sudah 8 butir kami makan selama seminggu ini. Bahan-bahan kimia pembuatnya telah kami makan. Sekedar informasi bahan-bahan yang digunakan untuk membuat telur palsu antara lain sodium alginate, getah damar, kanji, pengeras, pewarna makanan dan bahan kimia lainnya. Zat-zat ini berbahaya merusak sistem pencernaan dan kemampuan otak. Ih... ngeri!

PM (Pesan Moral)
1. Jangan percaya tampilan luar
2. Jangan terlalu percaya diri hingga melupakan fakta dan nasihat
3. Berhati-hatilah memilih tempat makan dan makanan yang sekarang banyak yang palsu

Share this:

Tidak ada komentar